Rabu, 12 Maret 2014

Manusia, dewa semesta

Apakah keberadaan kita, pikiran kita, nalar kita tidak berpengaruh apapun terhadap kehidupan dan bahkan struktur alam semesta?

Apakah kita hanya penggenap keisengan Tuhan yang telah menciptakan semesta, lalu manusia harus tunduk sepenuhnya pada aturan-aturan yang seringkali diklaim sebagai aturan Tuhan?

Atau justru malah sebaliknya, kita adalah pusat semesta?




Alam Makro Kosmos
Alam semesta dalam skala makro bersifat objektif. Keadaan semua materi dapat diukur dengan pasti. Posisi partikel, kecepatan partikel, serta momentumnya dapat diprediksi dengan tepat menggunakan hukum-hukum mekanik newtonian atau menggunakan hukum gravitasi umum Einstein maupun hukum-hukum fisika yang lain.




Jika kita melempar sebuah benda dengan kecepatan awal dan sudut elevasi tertentu,dengan menggunakan hukum mekanika newton maka kecepatan, posisi, dan ketinggian benda tersebut dapat ditentukan dengan tepat setelah sekian detik.



Bahkan dengan menggunakan suatu teknik tertentu, posisi sebuah planet di sekitar bumi dapat diprediksi dengan tepat posisi, jarak, dan kecepatan geraknya. 




Alam Mikro Kosmos
hakikat sebenarnya realitas terungkap oleh hukum mekanika kuantum yang sangat aneh. berdasarkan konsep mekanika kuantum, sebelum pengamatan dilakukan, partikel subatomik pembentuk alam semesta eksis dalam banyak keadaan, yang disebut dengan keadaan superposisi. 

Hal ini menunjukkan bahwa realitas itu tidak pasti. Keberadaan partikel, posisi dan geraknya hanya bisa ditebak peluangnya saja, tidak pernah bisa dipastikan. Alam itu peluang, bukan kepastian. 

Namun sebuah keanehan terjadi, yaitu ketika partikel diamati, ketika kesadaran kita hadir, maka secara sepontan kondisi tersebut runtuh ke suatu posisi tunggal.




Dalam suatu percobaan double-slit, lintasan sebuah foton tidak lah tetap sampai kita membuat sebuah pengukuran. Hal ini membuktikan bahwa kesadaran pengamat wajib ada agar alam semesta benar-benar eksis dan menjadi nyata.



percobaan double-slit

Ini artinya realitas dibentuk oleh observasi. tidak ada kejadian nyata, sampai hal itu merupakan sebuah fenomena yang diamati. Kita sendiri ikut berpartisipasi secara aktif dalam membentuk struktur alam semesta. Masa sekarang, masa yang akan datang, dan masa lalu.


keadaan foton tanpa pengamatan


keadaan foton dengan pengamatan

Manusia, Penentu Takdir
Dari percobaan double slit, dapat dipastikan bahwa pengamatlah yang mengubah ketidakpastian peluang menjadi kepastian kenyataan. Jika kita sering mengatakan Tuhanlah yang menentukan Takdir (kenyataan), maka dari percobaan Double Slit, kita tahu bahwa manusia (pengamat) bisa menentukan takdir (kenyataan).



Tuhan memang pencipta semesta, tapi Dia telah memberikan mandat sepenuhnya kepada manusia untuk mengelola semesta-Nya. dan implikasinya manusia dan kemanusiaan sangat penting. Semua aturan dan hukum yg ada di semesta ditundukkan pada kerangka nilai-nilai kemanusiaan.

Bahkan ajaran dan doktin agama bahkan hanya sebuah ilusi belaka manakala ajaran dan doktrin ini mengancam kehidupan, manusia, dan nilai-nilai kemanusiaan. 

Yah, kita sendiri membuat aturan dalam hidup, kita sendiri yang menentukan apa yang terbaik untuk kita, kita sendiri yang mengelola semesta, kita adalah khalifah, kita adalah dewa semesta..

1 komentar:

  1. artikelnya sangat menarik dan bermanfaat ,khususnya bagi pembaca serta bisa menambah literasi sains. jazaaakumullah. :)

    BalasHapus